Pada dunia industrial oil dan gas, terdapat 2 sistem yang biasanya digunakan, yaitu sistem piping dan sistem pipeline. Bagi Anda yang awam atau baru masuk ke bidang oil dan gas, pasti menganggap bahwa kedua tersebut sama saja. Memang ada persamaan dari kedua sistem ini yaitu sama-sama menggunakan pipa untuk mengalirkan oil dan gas. Lalu apa perbedaannya? Informasi selengkapnya akan dibahas di artikel ini.
Perbedaan Sistem Piping dan Pipeline
Piping digunakan untuk menghubungkan berbagai peralatan dan komponen di dalam fasilitas pengolahan, sementara pipeline digunakan untuk transportasi jarak jauh dari sumber produksi ke tempat tujuan akhir. Keduanya merupakan komponen krusial dalam infrastruktur industri minyak dan gas yang memastikan pengolahan dan distribusi yang efisien dari sumber daya alam tersebut. Jadi, bisa disimpulkan, perbedaan utama antara piping dan pipeline terletak pada fungsi, desain, dan skala penggunaannya.
Di sektor oil dan gas sendiri, sistem piping umumnya mengalirkan atau memindahkan minyak dan gas di lokasi ON PLOT atau gathering station. Terdiri dari rangkain komponen seperti kumpulan pipa, valve, sambungan yang bervariasi, dan peralatan lainnya dan terletak di dalam sebuah bangunan seperti pabrik atau fasilitas tertentu.
Diameter pipa yang dihubungkan pada sistem piping biasanya tidak terlalu besar. Namun, potensi kerusakan atau kebocoran sekecil apapun harus dihindari. Sebab, dapat memicu penutupan sistem (shut-down), dan yang paling parah bisa memakan korban jiwa.
Baca Juga : Jenis Beban dalam Sistem Perpipaan
Sementara itu, pada sistem pipeline, luas daerah yang ditangani cenderung lebih luas daripada sistem piping. Selain itu, sistem pipeline punya peran untuk mengalirkan minyak dan gas dari pusat atau sumur produksi ke gathering station (sistem piping) atau dari fasilitas upstream ke fasilitas midstream.
Baca Juga : Apa itu Steam Tracing pada Pipa? Ini Penjelasannya
Biasanya, sistem pipeline mengalirkan minyak dan gas pada lokasi OFF PLOT dan jarak antar pipanya cukup jauh, minimal 5 km. Ada 2 jenis yang umum pada sistem pipeline antara lain: liquid petroleum dan natural gas pipelines.
Cara Mendesain Sistem Perpipaan Minyak dan Gas
Jika Anda ingin mendesain suatu sistem perpipaan minyak dan gas ada banyak hal yang harus diperhatikan. Karena, cakupan pekerjaan pada bidang ini tak hanya melulu tentang pipa, tapi juga ada komponen-komponen yang berhubungan dengan pipa, yaitu; valve, flange, fitting pipa, gasket dan lain-lain. Berikut adalah garis besar tentang bagaimana mendesain sistem perpipaan secara umum:
Standar Desain
Standar desain yang digunakan pertama-tama harus ditentukan karena standar untuk sistem liquid petroleum pipelines akan berbeda dengan natural gas pipelines.
Baca Juga : Pahami Prosedur Mendesain Jalur Pipa yang Tepat
Jenis, Tekanan, Suhu dan Besar Arus Fluida
Jika standar desain sudah ditentukan, maka sekarang anda harus memperhitungkan ketebalan material yang akan digunakan, besar diameter pada pipa dan komponen pipa lainnya juga bisa dilihat berdasarkan jenis, suhu, tekanan, dan besar arus dari fluida yang akan mengalir.
Standarisasi material harus anda pertimbangkan jika akan memilih material yang digunakan. Standar material yang dimaksud seperti material ASTM (American Society for Testing and Materials) atau ANSI (American National Standart Institute) pada flange.
Baca Juga : Nama Arah Tegangan dalam Pipa
Contoh pipa yang mengalirkan fluida hydrocarbon dengan suhu hingga -50 C, maka banyak yang menggunakan jenis pipa carbon steel dengan kode ASTM A 333. Sedangkan untuk aliran fluida hydrocarbon yang korosif dan bersuhu rendah maka pipa stainless steel dengan kode ASTM A 312 banyak digunakan.
Kemudian, untuk fitting pipa, flange, valve dan komponen pipa lainnya dapat ditentukan berdasarkan hasil perhitungan dari tekanan dan besar arus fluida.
Jalur Pipa
Jika 2 hal penting diatas sudah ditentukan, maka mulailah mendesain bagaimana jalur pipa yang akan dibangun. Ada hal lain yang harus diperhitungkan saat menentukan jalur pipa yaitu efek perubahan suhu. Pipa dengan bahan apapun akan mengalami penyusutan atau pemuaian saat terjadi perubahan temperatur. Maka dari itu, diperlukan fleksibilitas pipa untuk bisa menyerap perubahan temperatur tersebut. Salah satu cara yang biasa digunakan oleh ahli yang berpengalaman adalah memperbanyak pemasangan loop atau belokan dengan elbow.
Baca Juga : Jenis-Jenis Pipa dan Fungsinya
Biasanya, desain sistem perpipaan yang telah selesai dibuat akan di input ke dalam komputer untuk dipraktekkan terhadap efek perubahan suhu. Jika sudah dipraktekkan dan menunjukkan hasil yang tidak bagus, maka Anda sebaiknya merevisi desain jalur pipa tersebut.
Selain 3 poin diatas yang sudah dibahas, Anda juga harus memperhatikan poin yang lain seperti penopang pipa (Pipe Support), akses untuk operasi dan pemeliharaan, serta poin terakhir yaitu ekonomis dan kemudahan Konstruksi.
Demikian informasi tentang perbedaan sistem piping dan pipeline. Semoga ulasan ini bisa dijadikan referensi untuk anda yang memang sedang mencari informasi mengenai sistem perpipaan pada minyak dan gas. Untuk membeli kebutuhan komponen pipa yang lengkap dari berbagai brand Eropa maupun asia, Alvindo Catur Sentosa bisa menjadi pilihan distributor terpercaya untuk Anda. Selain letaknya yang strategis di Jakarta, harga yang ditawarkan juga sangat kompetitif.