Dalam industri migas (minyak bumi dan gas), teknologi juga menjadi pembeda. Penguasaan dan penerapan teknologi yang tepat akan dapat menambah jumlah produksi secara efektif, efisien dan memperpanjang usia lapangan migas. Karena demi menyelamatkan bumi tercinta.
Tahapan atau proses produksi migas terbagi 3, yakni primary recovery, secondary recovery, dan tertiary recovery. Pada tahap primary recovery, produksi migas mengalir secara alamiah karena tekanan dari perut bumi masih besar, baik itu dibantu pompa maupun tidak.
Namun, lama-kelamaan, secara alamiah tekanan dari perut bumi juga akan mengecil. Dari sini mulailah dibutuhkan campur tangan teknologi untuk menjaga tingkat produksi. Teknologi yang dimaksud menggunakan pendorongan air (water flood) atau pendorongan gas (gas flood), di mana penerapannya bergantung karateristik dari masing-masing lapangan migas. Tahap ini disebut sebagai secondary recovery.
Baca juga : Kota-Kota dengan Stok Minyak Terbesar di Dunia
Bertambahnya waktu, penggunaan air atau gas bisa jadi tidak efisien dan efektif lagi. Perlu ditemukan teknologi lain supaya sisa cadangan minyak di perut bumi tetap dapat diproduksi. Tahap selanjutnya seperti menginjeksikan uap air (steam flood), polimer / surfaktan, gas yang larut dalam minyak, atau mikroba. Jika hal tersebut tidak dilakukan, bakal lebih pendek umur lapangan minyak sehingga nantinya tidak dapat berproduksi lagi.
Maka dari itu, perusahaan migas wajib rasanya untuk terus berinovasi dalam melakukan terobosan teknologi baru. Hal tersebut adalah cara untuk tetap menjaga keunggulan kompetitifnya. Di Indonesia, perusahaan-perusahaan migas berperan sebagai kontraktor yang merawat aset-aset negara dan beroperasi di bawah arahan dan pengawasan dari Pemerintah Indonesia, melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), selaku pemilik sumber daya migas.
Tahap secondary dan tertiary recovery sering disebut sebagai Enhanced Oil Recovery (EOR). Untuk di Indonesia sendiri perusahaan yang terdepan dan maksimal dalam penerapan teknologi perminyakan adalah Chevron. Di antaranya penerapan teknologi injeksi uap di Lapangan Duri pada 1980-an, yang merupakan salah satu proyek injeksi uap yang terbesar di dunia dan satu-satunya di Indonesia.
Baca Juga : Pahami Cara Baca Code Standard ASME
Terdepan Dalam Penerapan Teknologi
Lapangan Duri sendiri adalah lapangan utama yang dikelola langsung oelh PT. Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) di Provinsi Riau. Karena penerapan teknologi uap, jumlah minyak yang dihasilakan menjadi 5x lebih banyak. Lapangan ini berdiri pada tahun 1941 dan masih mampu terus berproduksi hingga saat ini.
Sebelum penerapan injeksi uap, PT CPI juga terdepan dalam perkembangan teknologi injeksi air di lapangan besar lainnya, yaitu Minas, pada 1970-an. Teknologi ini membuat Lapangan Minas sebagai salah satu tulang punggung produksi minyak nasional.
PT CPI pun tak berhenti berinovasi. Teknologi injeksi air kemudian dikembangkan lagi menjadi injeksi air berpola pada medio 1990-an. Rata-rata 6 sumur baru dibor dengan pola heksagonal di sekeliling satu sumur produksi. Sumur baru tersebut untuk menyuntikkan air agar tingkat perolehan minyak lebih optimal. Lapangan Minas pun berhasil mencapai produksi kumulatif 4 miliar barel pada tahun 1997.
Injeksi air berpola itu merupakan salah satu teknologi yang sangat sukses di Indonesia. Hal tersebut merupakan langkah maju dibandingkan perusahaan lainnya yang menerapkan teknologi injeksi air. Chevron lah yang menjadi pionir.
Baca juga : Hentikan Perang Harga, Arab Saudi Pangkas Harga Minyak
Dengan segala inovasi dan teknologi yang dihadirkan, PT CPI sudah terbukti memberikan kontribusi produksi kumulatif lebih dari 12 miliar barel untuk memenuhi kebutuhan energi dari perekonomian Indonesia yang terus berkembang. Tanpa inovasi dan teknologi terbarukan, angka produksi kumulatif itu niscaya tidak dapat tercapai.
Selain inovasi teknologi saat pengangkatan minyak, PT CPI juga melakukan terobosan lainnya yaitu untuk menjalankan operasi migas secara efisien. PT CPI sudah bertransformasi digital melalui pengadaan fasilitas Integrated Optimization Decision Support Center (IODSC), sebuah pusat optimisasi yang terintegrasi sehingga mendukung pengambilan keputusan operasional secara tepat dan cepat.
Fasilitas IODSC bermanfaat untuk mencapai optimalisasi nilai di seluruh elemen operasi hulu migas sehingga meningkatkan keselamatan, produktivitas, efisiensi energi, penghematan biaya, dan pengambilan keputusan. Pada fasilitas ini, karyawan PT. CPI dari berbagai disiplin ilmu seperti insinyur perminyakan, fasilitas, pengeboran, operasional, penyusun rencana dan jadwal, analis teknis, profesional TI, dan lain-lain bekerja bersama di satu lokasi kantor terbuka.
Pengembangan SDM dan Transfer Pengetahuan
Dalam mengoperasikan aset-aset negara, PT CPI tentu harus didukung orang-orang yang berbakat dan berkinerja tinggi. Hampir sekitar 98 persen karyawan PT CPI adalah karyawan anak-anak negeri. Berinvestasi pada manusia merupakan salah satu strategi perusahaan. PT CPI berkeyakinan bahwa dengan berinvestasi pada karyawan, akan memperkuat kemampuan organisasi, sekaligus mengembangkan tenaga kerja global yang berbakat.
Baca Juga : Sistem Perpipaan Pada Industri Oil dan Gas
Program-program pelatihan dan pengembangan manusia yang dijalankan PT CPI di antaranya:
• Horizons
Sebuah program pengembangan karyawan berbasis kompetensi. Tujuannya yaitu untuk mempercepat pengembangan karyawan dari sisi pengetahuan teknis dan perilaku kerja. Program ini untuk karyawan lulusan perguruan tinggi yang pengalamannya kurang dari 5 tahun.
• Career Development Assignment (CDA)
Program ini diharapkan karyawan tidak hanya menggali pengetahuan, keahlian, dan pengalaman sambil memperkuat profesionalisme dan transfer teknologi, tapi juga bisa berhadapan dengan lingkungan kerja global dari berbagai budaya serta membangun jaringan dengan professional berkaliber tinggi lainnya.
• Penugasan Internasional
Lebih dari 1.000 karyawan Indonesia pernah menjalani penugasan internasional untuk mendapatkan pengalaman bekerja di luar negeri.
• Employee Self Development Program (ESDP)
Karyawan mendapatkan kesempatan untuk menambah kualifikasi mereka dengan menempuh pendidikan di tingkat yang lebih tinggi. Program ini bertujuan meningkatkan kemampuan organisasi dan memenuhi aspirasi karyawan untuk terus berkembang.
Baca juga : Harga Minyak Dunia Kembali Menguat
Tidak hanya di internal Perusahaan, PT CPI juga menjalankan program untuk pengembangan kapasitas staf pengajar dan mahasiswa berbagai perguruan tinggi terkemuka di Indonesia melalui University Partnership Program (UPP) dan University Relationship Program (URP). Program ini di antaranya mencakup kuliah tamu, seminar, kunjungan lapangan, dan publikasi jurnal.
Program-program tersebut merupakan wujud komitmen perusahaan untuk turut mengembangkan kualitas sumber daya manusia Indonesia serta mendukung terciptanya kinerja kelas dunia di industri perminyakan.
Selama sekitar 95 tahun, PT CPI telah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia yang tak terpisahkan. Diawali pengiriman ekspedisi geologi ke Pulau Sumatera pada 1924 oleh PT CPI, yang ketika itu masih bernama Standard Oil Company of California (Socal). Kegiatan produksi PT CPI turut menopang pendapatan negara dan perekonomian Indonesia yang terus tumbuh demi kesejahteraan masyarakat.