Memahami Perbedaan Mendasar antara CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil) dalam Industri Kelapa Sawit

2024-05-20

Daftar isi

Tutup

Tidak bisa dipungkiri bahwa industri kelapa sawit telah menjadi salah satu pilar utama dalam perekonomian global. Sebab, komoditas satu ini telah menyumbang sektor pangan dan non-pangan secara signifikan. Hal ini tidak terlepas dari sistem pengolahan kelapa sawit Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) yang keduanya menjadi dua elemen krusial dalam industri ini. Lalu, apa itu CPO dan PKO? Apa perbedaan di antara keduanya?

Untuk tahu lebih lanjut, artikel ini akan membahas perbedaan antara CPO dan PKO dengan menjabarkan proses produksi, komposisi, harga di pasar, dan faktor-faktor yang memengaruhi harga keduanya. Mari simak informasi selengkapnya.

Baca Juga: Mengenal Proses dan Cara Pembuatan Minyak Kelapa Sawit

Apa itu CPO dan PKO?

Pertama, mari kita mulai dari CPO terlebih dahulu. Crude Palm Oil secara harfiah berarti minyak kelapa sawit mentah, yang dihasilkan melalui proses ekstraksi minyak dari buah kelapa sawit. Proses ini melibatkan pengolahan tandan buah segar (TBS) yang dipetik dari pohon kelapa sawit. CPO memiliki karakteristik khas berupa warna merah ke oranye dan komposisi utama berupa asam lemak.

Di sisi lain, terdapat PKO, yaitu minyak yang dihasilkan dari inti atau biji kelapa sawit dan memiliki proses produksi tersendiri, berbeda dengan CPO. Jika CPO berwarna kemerahan, warna dari PKO cenderung lebih muda lagi. Meski bersumber dari pohon yang sama, PKO memiliki komposisi yang juga berbeda dari CPO.

Perbedaan antara CPO dan PKO tidak hanya terbatas pada sumbernya. CPO lebih umum digunakan dalam industri makanan, ditemukan dalam berbagai produk mulai dari minyak goreng hingga margarin. Sementara itu, PKO, dengan kandungan asam lauratnya yang tinggi, lebih sering diterapkan dalam industri kosmetik dan farmasi. Ini menunjukkan bahwa penggunaan keduanya bergantung pada komposisi nutrisi dan kegunaan yang berbeda.

Produk Turunan Olahan Kelapa Sawit

Industri kelapa sawit, khususnya CPO dan PKO, memberikan produk turunan yang dapat dikategorikan menjadi kelompok oleokimia, oleopangan, dan juga bioenergi. Apa yang dimaksud dengan ketiga kelompok tersebut?

Oleokimia

Oleokimia merupakan istilah yang digunakan untuk olahan kelapa sawit non-pangan. Umumnya, oleokimia menghasilkan bahan dasar pembuatan kosmetik dan produk-produk kebersihan.

Misalnya, asam lemak yang dapat digunakan dalam pembuatan sabun, deterjen, produk kosmetik, dan produk-produk kimia lainnya. Serta surfaktan yang umumnya digunakan dalam industri deterjen dan produk pembersih.

Oleopangan

Kelapa sawit memberikan minyak nabati yang diperkaya dengan nutrisi penting. Minyak kelapa sawit dapat diolah menjadi produk makanan seperti margarin dan minyak goreng yang tentu saja sangat luas digunakan dalam industri kuliner.

Tidak hanya itu, oleopangan menciptakan peluang untuk mengembangkan produk pangan fungsional dan inovatif dari kelapa sawit seperti tokoferol dan karotenoid, yang memiliki manfaat kesehatan tertentu.

Bioenergi

Limbah dari pengolahan kelapa sawit, seperti cangkang dan tandan kosong, juga tak kalah manfaatnya. Bagian-bagian tersebut dapat dijadikan sumber untuk biomassa. Biomassa ini dapat digunakan untuk menghasilkan energi termal atau listrik melalui pembakaran atau proses gasifikasi.

Biodiesel dan Biogas

Minyak kelapa sawit dapat diolah menjadi biodiesel yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel. Penggunaan biodiesel membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Selain itu, pabrik pengolahan kelapa sawit juga dapat menghasilkan biogas dari limbah organiknya. Biogas ini dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan pabrik atau disalurkan ke jaringan listrik.

Baca Juga: Menggali Potensi Energi Geothermal Menuju Masa Depan Berkelanjutan

Proses Pengolahan CPO dan PKO serta Produk Hasilnya

CPO dan PKO serta menghasilkan produk yang bermanfaat di industri pangan, kosmetik, dan farmasi. Namun, keduanya memiliki tahapan produksi yang berbeda. Simak selengkapnya di bawah ini.

Proses Pengolahan CPO

  1. Proses dimulai dengan pemanenan tandan buah segar (TBS) dari pohon kelapa sawit. TBS tersebut kemudian dibawa ke pabrik pengolahan.
  2. TBS dicuci untuk menghilangkan kotoran dan tanah. Selanjutnya, TBS diproses untuk memisahkan buah kelapa sawit dari tandannya.
  3. Buah kelapa sawit yang telah dipisahkan kemudian disterilisasi untuk membunuh mikroorganisme yang ada. Setelah itu, buah tersebut dipress untuk mendapatkan minyak sawit mentah (CPO).
  4. Selanjutnya, CPO melewati proses pemurnian untuk menghilangkan impuritas, warna, dan bau yang tidak diinginkan. Pengolahan lanjutan dapat mencakup hidrogenasi, deasidifikasi, dan fraksinasi untuk menghasilkan berbagai produk turunan.

Setelah proses pemurnian dilakukan, pengolahan lebih lanjut dapat dilakukan untuk memisahkan hasil olahan CPO sesuai dengan kategorinya. CPO memiliki dikenal dengan kandungan beta-karotennya yang tinggi dan hasil olahan CPO lebih banyak dibandingkan PKO. Beberapa hasil olahan CPO antara lain; minyak goreng, margarin, krim masak, sabun, sampo, detergen, hingga kosmetik.

Proses Pengolahan PKO

  1. Sama dengan CPO, PKO juga berasal dari TBS. Bedanya, setelah dipanen, buah kelapa sawit akan dikupas, dipisahkan dari cangkangnya untuk diambil inti atau bijinya untuk mendapatkan Palm Kernel Oil (PKO).
  2. Biji kelapa sawit kemudian digiling dan dipress untuk mendapatkan minyak kelapa sawit dari inti tersebut.
  3. Seperti CPO, PKO juga melewati proses pemurnian dan pengolahan lanjutan untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, CPO dan PKO memiliki komposisi yang sedikit berbeda. Namun, hasil pengolahannya hampir sama. Jika CPO kaya akan kandungan beta-karoten, terdapat kandungan asam lemak pada PKO yang juga berguna untuk beberapa hasil olahan seperti krimer nabati, serta bahan tambahan untuk eskrim dan pakan ternak.

Penjabaran di atas menunjukkan bahwa olahan dari buah maupun inti kelapa sawit sangat luas digunakan secara global, dari produk makanan hingga bahan bakar. Perbedaan yang signifikan di antara CPO dan PKO terletak pada dari mana olahan berasal serta komposisi atau kandungan yang dihasilkan di antara keduanya. Penggunaan CPO lebih luas karena kaya akan kandungan beta-karoten, olein, dan stearin, sedangkan PKO lebih unggul kandungan asam lemaknya.

Demikian ulasan kami mengenai perbedaan CPO dan PKO yang ada di industri kelapa sawit. Semoga informasi yang kami rangkum bermanfaat dan dapat menjadi referensi Anda saat ini maupun di masa depan. Tunggu info menarik lainnya hanya di artikel-artikel ACS melalui website alvindocs.com!

Penulis

Om Vin
Om Vin adalah full-time in-house engineer ACS dengan pengalaman lebih dari 20 tahun di industri pipa fitting dan sangat gemar dengan tantangan.

Share

  • Facebook
  • Tweet
  • Whatsapp
  • LinkedIn

Artikel lainnya

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
22
.
10
.
24

Panduan Memilih Pipa yang Tepat dalam Berbagai Proyek

Dengan berbagai spesifikasi dan jenis pipa yang tersedia di pasaran, memahami karakteristik, material, dan aplikasi masing-masing pipa akan membantu Anda mengambil keputusan yang tepat. 

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
21
.
10
.
24

Valve untuk Industri Pertambangan: Tipe dan Aplikasinya

Berbagai jenis fluida, mulai dari slurry hingga gas, memerlukan valve yang dirancang khusus untuk menangani kondisi ekstrem di sektor pertambangan seperti tekanan tinggi, suhu tinggi, serta sifat abrasif dan korosif dari fluida yang melewatinya.

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
20
.
10
.
24

Valve yang Digunakan dalam Proyek Bawah Laut: Apa yang Harus Diperhatikan?

Valve tidak hanya berfungsi sebagai pengatur aliran fluida, tetapi juga sebagai elemen kunci dalam menjaga integritas dan efisiensi sistem di lingkungan yang ekstrem, seperti aplikasi bawah laut.

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
18
.
10
.
24

Pipe Fitting dan Aplikasinya dalam Sistem Pipa Bawah Laut

Kedalaman laut menuntut penggunaan fitting pipa yang dirancang khusus untuk bertahan dalam jangka panjang, memastikan perpipaan tetap berfungsi dengan aman dan efisien di lingkungan yang sulit diakses dan diperbaiki. Lalu, fitting pipa seperti apa yang dibutuhkan untuk aplikasi di laut dalam?