Kegiatan Pascatambang: Upaya Reklamasi, Perbaikan Lingkungan, dan Pengelolaan Sumber Daya

2024-02-12

Daftar isi

Tutup

Kegiatan pertambangan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peran penting dalam pembangunan suatu negara. Namun, dampak negatif pasca kegiatan pertambangan seringkali menjadi perhatian serius, termasuk kerusakan lingkungan dan penurunan kualitas sumber daya alam. Oleh karena itu, pascatambang atau kegiatan paska pertambangan menjadi fase yang krusial dalam memitigasi dampak tersebut.

Artikel ini akan membahas definisi kegiatan pascatambang, dampak yang biasa muncul, serta kebijakan dan langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam upaya reklamasi, perbaikan lingkungan, dan pengelolaan sumber daya.

Pengertian Kegiatan Pascatambang

Kegiatan pascatambang merujuk pada serangkaian tindakan dan upaya yang dilakukan setelah tahap penambangan atau kegiatan pertambangan selesai. Fase ini dimulai ketika tambang tidak lagi aktif menghasilkan mineral atau bahan galian yang diincar, dan perusahaan pertambangan telah menyelesaikan operasionalnya.

Tujuan dari kegiatan pascatambang adalah untuk mengurangi atau meminimalkan dampak negatif yang dihasilkan selama periode penambangan dan memulihkan atau merestorasi lingkungan alam yang terdampak.

Dalam konteks pascatambang, perusahaan pertambangan dan pihak terkait harus mengambil langkah-langkah yang efektif untuk memitigasi dampak ekologis, sosial, dan ekonomi yang mungkin timbul akibat kegiatan pertambangan. Proses pascatambang melibatkan pemantauan, evaluasi, dan implementasi berbagai strategi untuk memastikan bahwa lahan bekas tambang dapat dikembalikan ke kondisi semula atau mendekati kondisi semula, serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat setempat.

Dampak yang Biasa Muncul setelah Kegiatan Pertambangan

Kegiatan pertambangan, meskipun memberikan kontribusi signifikan pada sektor ekonomi, seringkali diiringi oleh dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat. Setelah kegiatan pertambangan berakhir, beberapa dampak yang biasanya muncul dapat berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Berikut adalah beberapa dampak umum yang muncul setelah kegiatan pertambangan:

Kerusakan Fisik Lahan

  • Erosi dan Sedimentasi: Proses penambangan dapat mengubah topografi alamiah suatu daerah, menyebabkan erosi tanah dan sedimentasi di sungai dan danau terdekat.
  • Degradasi Tanah: Penggalian tambang dan penggunaan bahan kimia dapat merusak kualitas tanah, mengurangi kesuburan dan menghambat pertumbuhan vegetasi.

Pencemaran Air

  • Air Asam Tambang (AAT): Kontak air dengan material tambang yang mengandung belerang dapat menghasilkan air asam tambang yang bersifat asam dan mengandung logam berat berbahaya bagi kehidupan akuatik.
  • Pencemaran Logam Berat: Proses penambangan seringkali mengeluarkan logam berat seperti merkuri, timbal, dan kadmium ke dalam air, yang dapat memiliki dampak negatif pada organisme hidup dan manusia.

Pencemaran Udara

  • Debu dan Partikulat: Proses penambangan seringkali menghasilkan debu dan partikulat yang dapat mencemari udara, menyebabkan masalah kesehatan dan merugikan ekosistem lokal.
  • Gas Beracun: Pemakaian bahan peledak dan penggunaan mesin berat dapat menghasilkan emisi gas beracun yang dapat merugikan kesehatan manusia dan lingkungan.

Hilangnya Keanekaragaman Hayati

  • Kehilangan Habitat: Penggalian tambang dapat menghancurkan habitat alami, menyebabkan kehilangan flora dan fauna yang mungkin unik dan langka.
  • Gangguan Ekosistem: Kegiatan pertambangan dapat mengganggu ekosistem, mengurangi populasi spesies tertentu, dan mengubah dinamika ekosistem secara keseluruhan.

Sosial dan Ekonomi

  • Kehilangan Pekerjaan: Setelah penutupan tambang, masyarakat lokal mungkin mengalami kehilangan pekerjaan yang signifikan, menyebabkan dampak sosial dan ekonomi yang serius.
  • Perubahan Struktur Sosial: Kehadiran tambang dapat mengubah struktur sosial masyarakat, termasuk perubahan nilai budaya dan gaya hidup.

Limbah dan Tailing

  • Pengelolaan Limbah: Limbah padat dan cair yang dihasilkan selama kegiatan pertambangan memerlukan pengelolaan yang cermat untuk mencegah pencemaran lingkungan.
  • Penyimpanan Tailing: Tailing, sisa hasil pemrosesan mineral, harus disimpan dengan aman untuk mencegah kebocoran atau kerusakan yang dapat mencemari air tanah dan permukaan.

Peningkatan Risiko Bencana Alam

  • Longsor dan Tanah Runtuh: Perubahan topografi dan struktur tanah akibat penambangan dapat meningkatkan risiko longsor dan tanah runtuh.

Kebijakan dan Peraturan Pascatambang

Kebijakan dan peraturan pascatambang adalah instrumen hukum dan regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mengatur dan mengawasi kegiatan pemulihan serta rehabilitasi lingkungan setelah penutupan suatu tambang.

Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pascatambang dilaksanakan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan, dengan memperhatikan dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi yang mungkin timbul dari kegiatan pertambangan. Di Indonesia sendiri, peraturan tentang pertambangan seperti ini tertulis dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba).

Langkah-langkah yang Bisa Dilakukan Pascatambang

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam kegiatan pascatambang mencakup serangkaian tindakan untuk memitigasi dampak negatif dan memulihkan lingkungan serta sumber daya alam. Melalui implementasi langkah-langkah ini, pascatambang diharapkan dapat menjadi fase yang membawa manfaat positif, memastikan keberlanjutan lingkungan, dan mendukung kesejahteraan masyarakat lokal.

Upaya yang cermat dan terencana dalam pascatambang dapat menjadi contoh praktik berkelanjutan dalam industri pertambangan. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil pascatambang:

Reklamasi dan Restorasi Lahan

  • Identifikasi dan prioritasasi area yang membutuhkan reklamasi.
  • Penutupan lubang tambang dengan teknik yang sesuai.
  • Penanaman vegetasi untuk memulihkan struktur tanah dan keanekaragaman hayati.
  • Pemantauan dan pemeliharaan vegetasi serta penilaian efektivitas reklamasi.

Penanganan dan Pengelolaan Air

  • Pemantauan kualitas air dan evaluasi dampaknya.
  • Implementasi strategi pengelolaan air yang melibatkan pemurnian air dan pengelolaan air asam tambang (AAT).
  • Perencanaan dan konstruksi instalasi penjernihan air.
  • Pengembangan sistem pengelolaan air berkelanjutan.

Pengelolaan Limbah dan Penyimpanan Tailing

  • Karakterisasi limbah tambang dan tailing untuk menentukan sifat dan risiko potensialnya.
  • Implementasi teknologi pengelolaan limbah yang ramah lingkungan.
  • Pemantauan dan pemeliharaan instalasi penyimpanan tailing untuk mencegah kebocoran atau kerusakan.
  • Pemanfaatan limbah tambang yang dapat didaur ulang atau diproses lebih lanjut.

Pemanfaatan Sumber Daya Alam

  • Identifikasi potensi pemanfaatan sumber daya alam yang tersisa, seperti pertanian, kehutanan, atau pariwisata.
  • Pengembangan program pengembangan ekonomi lokal yang berkelanjutan.
  • Konsultasi dengan masyarakat lokal untuk menentukan penggunaan lahan yang diinginkan.

Revegetasi dan Pemulihan Habitat

  • Penanaman dan pemeliharaan vegetasi untuk memulihkan ekosistem alami.
  • Pemulihan dan perlindungan habitat untuk mendukung keanekaragaman hayati.
  • Identifikasi spesies lokal yang dapat digunakan untuk revegetasi dan pemulihan habitat.

Pendidikan dan Keterlibatan Masyarakat

  • Program edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pascatambang.
  • Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan implementasi kegiatan pascatambang.
  • Pembentukan kelompok pemantauan lingkungan oleh masyarakat lokal.

Penetapan Jaminan Finansial

  • Penyusunan sistem jaminan finansial untuk memastikan ketersediaan dana yang cukup untuk pemulihan dan pemantauan jangka panjang.
  • Evaluasi dan penyesuaian jaminan finansial sesuai dengan perkembangan kondisi pascatambang.

Pemantauan Jangka Panjang

  • Sistem pemantauan yang teratur dan berkelanjutan untuk mengukur efektivitas tindakan pascatambang.
  • Evaluasi dampak jangka panjang terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi.
  • Pemantauan parameter lingkungan seperti kualitas air, tanah, dan vegetasi.

Kolaborasi dengan Pihak Terkait

  • Kerjasama dengan pihak pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal untuk mendukung keberlanjutan pascatambang.
  • Pendidikan dan pelibatan pemangku kepentingan dalam proses pascatambang.

Pemulihan Ekonomi Lokal

  • Program pelatihan dan pengembangan keterampilan untuk masyarakat lokal.
  • Diversifikasi ekonomi lokal melalui inisiatif baru yang berkelanjutan.

Contoh Kegiatan Pascatambang

Beberapa kegiatan pascatambang sudah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang telah melaksanakan kegiatan pertambangan di Indonesia. Sebagian besar lahan bekas tambang telah dikelola untuk direklamasi menjadi beragam penggunaan, antara lain sebagai lahan pertanian dan kehutanan.

Selain itu, potensi lahan bekas tambang juga dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas pendidikan dan destinasi wisata. Berikut beberapa contohnya:

Batuan Tebing Breksi, Yogyakarta

Wilayah ini sebelumnya digunakan untuk penambangan batuan breksi di Yogyakarta. Pascatambang di lokasi ini mencakup upaya restorasi lahan dengan merevitalisasi kondisi alamiah. Reklamasi melibatkan pemulihan keindahan tebing breksi dan penanaman vegetasi yang sesuai dengan karakteristik alam setempat. Selain itu, potensi destinasi wisata alam dan kebudayaan juga dapat dikembangkan untuk mendukung perekonomian lokal.

Kampung Wisata Air Jangkang

Lahan bekas tambang Timah PT. Timah Tbk, yang kini dikenal sebagai Kampung Wisata Air Jangkang, telah berhasil direklamasi dengan sukses. Dengan luas area mencapai 37 hektare, lahan ini sebelumnya merupakan bekas tambang timah dengan berbagai elemen seperti void, tailing, kolong, rawa, dan topografi yang belum stabil.

Setelah melalui proses reklamasi, kini area tersebut menjadi objek wisata multifungsi, menyajikan nursery dengan 30 ribu bibit tanaman fast growing, endemik, dan budidaya. Selain itu, terdapat peternakan dan perikanan, serta sebuah Pusat Penangkaran Satwa (PPS) Alobi seluas 4 hektare, yang menjadi rumah bagi 103 satwa liar, terutama buaya muara.

Lahan Pascatambang Batu Kapur, Tuban

Lahan ini telah berhasil direklamasi dan kembali difungsikan sebagai hutan seluas 177,4 hektare. Proses reklamasi melibatkan partisipasi aktif masyarakat sekitar tambang mulai dari pembibitan, penyiapan lahan, penanaman, hingga pemeliharaan. Berbagai jenis pohon seperti jati, johor, mahoni, sengon, flamboyan, trembesi, kesambi, dan juwet telah ditanam di area ini.

PT. SIG juga telah membentuk nursery yang mampu menghasilkan 60 ribu bibit tanaman setiap tahunnya. Pada lahan pasca tambang tanah liat, pembuatan penampung air telah dilakukan, memberikan manfaat bagi masyarakat dalam budidaya ikan dan pengairan lahan pertanian. Hal ini terbukti membantu menyediakan pasokan air saat musim kemarau, sehingga kegiatan pertanian dapat tetap berjalan. Saat ini, lahan pabrik Tuban telah bertransformasi menjadi sumber daya untuk edukasi, wisata, dan hutan yang hijau.

Taman Kehati Sawerigading Wallace

Rehabilitasi lahan pasca tambang PT. Vale Indonesia dilakukan dengan sistem penimbunan atau backfilling, menggunakan tanah dari lapisan atas dan lapisan lainnya hasil dari pengupasan lahan. Tahapan reklamasi meliputi penataan topografi dengan standar lereng lahan rehabilitasi, pengembalian tanah lapisan atas, pengendalian erosi, pembangunan drainase, jalan untuk revegetasi, penghijauan, pemeliharaan tanaman, dan pemantauan keberhasilan.

Keberhasilan reklamasi terlihat di Blok Sorowako, Sulawesi Selatan, di mana area bekas tambang nikel kini telah bertransformasi menjadi hutan seperti semula. Nursery seluas 2,5 hektare dioperasikan untuk pembibitan tanaman endemik dengan partisipasi masyarakat sekitar. Selain nursery, di lokasi ini juga terdapat penangkaran rusa di bekas tambang.

Reklamasi lahan, pengelolaan air, pengelolaan limbah, dan pemanfaatan sumber daya alam adalah langkah-langkah yang perlu diutamakan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dalam sektor pertambangan. Oleh karena itu, kegiatan pascatambang merupakan langkah krusial dalam meminimalkan dampak negatif yang dihasilkan oleh kegiatan pertambangan.

Dengan implementasi kebijakan yang tepat dan langkah-langkah konkret, pascatambang dapat menjadi fase yang berpotensi memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

Penulis

Share

  • Facebook
  • Tweet
  • Whatsapp
  • LinkedIn

Artikel lainnya

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
29
.
10
.
24

Teknik Bubut: Macam-Macam Teknik Bubut dan Aplikasi dalam Berbagai Industri

Dengan kemampuannya untuk menciptakan bentuk yang tepat dan hasil bubutan yang berkualitas, teknik bubut tetap menjadi salah satu proses fundamental dalam manufaktur yang mendukung berbagai aplikasi di sektor industri.

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
29
.
10
.
24

Pentingnya Menggunakan Jasa Machining untuk Reparasi Fitting Pipa

Tidak hanya menghemat biaya, reparasi fitting pipa yang dilakukan dengan tepat melalui proses machining dapat secara signifikan memperpanjang umur dan meningkatkan performa fitting pipa.

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
29
.
10
.
24

Kapan Harus Mengganti Spiral Wound Gasket pada Sistem Perpipaan

Gasket yang mengering, bengkak, atau mengalami kebocoran sebaiknya segera diganti untuk menghindari risiko lebih besar. Mengganti spiral wound gasket tepat waktu tidak hanya mencegah kegagalan sistem, tetapi juga menjaga operasional tetap berjalan lancar. 

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
29
.
10
.
24

Jenis Gasket untuk Industri Minyak dan Gas

Melallui pertimbangan faktor-faktor seperti kondisi operasional, kompatibilitas dengan bahan kimia, dan kemudahan instalasi, kita bisa menentukan jenis gasket yang digunakan pada industri minyak dan gas agar kinerjanya lebih efisien.

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
28
.
10
.
24

Pilihan Brand Valve Pipa di Indonesia

Pilihannya banyak, tapi mana yang terbaik? Temukan beberapa pilihan brand valve yang telah membuktikan diri sebagai yang terbaik di industri ini.

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
24
.
10
.
24

Apa Itu Jasa Machining dan Aplikasinya di Industri Perpipaan? 

Jasa machining memainkan peran krusial di banyak industri, terutama di industri perpipaan dengan meningkatkan efisiensi, presisi, dan fleksibilitas dalam produksi komponen pipa.