Harga Kembali Naik
Harga minyak dunia kembali naik, dalam 3 tahun terakhir ini merupakan puncak tertingginya pada akhir perdagangan pekan kemarin. Kenaikan harga minyak dipengarui oleh gangguan produksi global yang mau tak mau perusahaan-perusahaan minyak kembali menarik sejumlah besar pasokan minyak mereka.
Untuk harga minyak mentah berjangka Brent pengiriman November naik jadi 1,1% menjadi US$78,09/barel. Kemudian untuk minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik menjadi 0,9% menjadi US$73,98/barel.
Tertinggi Dalam 3 Tahun Terakhir
Harga minyak Brent tersebut mencatatkan level tertingginya sejak bulan Oktober tahun 2018 lalu, sedangkan WTI AS menyentuh level tertinggi setelah Juli 2021. Kenaikan harga minyak dunia disebabkan gangguan produksi Pantai Teluk AS karena hantaman Badai Ida akhir Agustus kemarin.
Akan tetapi, pengaruh kenaikan stabil harga minyak ini juga karena tertahan oleh penjualan publik pertama cadangan minyak mentah di negara China.
Distributor Jual Valve Jakarta Terbaik
Analisis Pasar
Analis Pasar Minyak mengatakan tren kenaikan harga minyak masih terus akan terjadi. Karena biasanya pasar menilai dampak gangguan pasokan akan berkepanjangan dan kemungkinan penarikan pasokan.
Baca Juga : Harga Minyak Meningkat Karena Permintaan Tinggi
Sejumlah gangguan tersebut memang bisa berlangsung berbulan-bulan dan mengakibatkan penarikan tajam pasokan minyak mentah AS dan global. Penyulingan minyak di AS pun diburu untuk menggantikan minyak mentah Teluk (Meksiko) AS, dengan mengalihkan minyak ke Irak dan Kanada.
Di sisi lain, impor minyak mentah India naik ke level tertingginya pada Agustus lalu, rebound dari tingkatan terendahnya pada bulan Juli.
Komunitas negara penghasil minyak (OPEC+) pun berusaha untuk meningkatkan produksi minyaknya. Salah satunya, Rusia, percaya diri akan tetap menjadi pemasok yang handal ke pasar global.
Analis Pasar pesimistis pasokan minyak mentah extra dari Iran akan dapat terwujud. Hal ini karena negosiasi sanksi kesepakatan Nuklir Iran akan jadi proses yang berlarut-larut.
Sementara itu, produsen minyak terbesar di Kazakhstan, Tengizchevroil (TCO) yang dipimpin oleh Chevron, akan menunda komponen proyek ekspansi sebesar US$45,2 miliar selama 3-7 bulan ke depan.
Analis juga memprediksi harga minyak Brent dapat menyentuh US$80 pada akhir September ini dikarenakan penarikan stok. Salah satunya juga produksi OPEC yang lebih rendah dan permintaan Timur Tengah yang mulai kuat.