Apa Itu Enhanced Oil Recovery?

2023-12-01

Daftar isi

Tutup

Setiap tahunnya, cadangan minyak di Indonesia nilainya selalu berkurang. Penggunaan minyak bumi juga semakin meningkat seiring dengan kebutuhan. Apalagi, jumlah kendaraan dan juga mesin yang beroperasi menggunakan bahan bakar minyak juga semakin banyak.

Jumlah kebutuhan minyak yang diproduksi pun juga meningkat. Padahal, hal ini tidak sebanding dengan cadangan minyaknya. Dari waktu ke waktu, cadangan minyak bumi semakin menipis. Jika hal ini tidak segera diatasi, maka minyak akan menjadi langka dan pada akhirnya habis.

Menyadari hal ini, pemerintah mulai melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan lifting minyak. Salah satunya adalah dengan metode Enhanced Oil Recovery (EOR). Lalu, apa itu pengertian EOR dan bagaimana metode EOR? Yuk, simak penjelasannya dibawah ini ya!

Apa itu Enhanced Oil Recovery?

Enhanced Oil Recovery atau yang lebih sering disingkat sebagai EOR adalah metode eksploitasi minyak yang dilakukan dengan mengoptimasi sumur-sumur minyak, sasarannya agar minyak yang kental, berat, dan memiliki poor permeability dan irregular faultness dapat diangkat ke permukaan dan kemudian diproduksi. Nah, itulah pengertian EOR secara sederhana.

Baca Juga : Tujuan Pengujian Hydrotest

EOR adalah salah satu dari tiga metode yang digunakan dalam proses eksploitasi minyak. Metode pertama adalah natural lift yang digunakan di reservoir. Reservoir adalah wadah untuk menampung fluida. Metode kedua adalah secondary phase, dilakukan dengan cara menginjeksikan gas ke dalam reservoir untuk menekan minyak agar mengalir ke dalam sumur produksi. Metode ketiga yang sering digunakan adalah EOR ini.

Tujuan utama dari metode-metode tersebut tentu saja adalah untuk meningkatkan profit/oil increase pada industri pertambangan minyak. Selain itu, hal ini juga dilakukan untuk memaksimalkan kapasitas eksplorasi minyak.

EOR juga dapat diartikan sebagai suatu jenis metode yang digunakan untuk meningkatkan cadangan minyak dalam sumur produksi. Dilakukan dengan melakukan pengangkatan minyak yang sebelumnya tidak dapat diproduksi, seperti minyak minyak yang kental dan mengendap. EOR ini juga dapat diartikan sebagai proses optimalisasi. EOR ini akan diterapkan dalam fase tersier.

Baca Juga : Apa itu Steam Strainer Trap and Vein Pada Industri

Metode-metode Enhanced Oil Recovery

EOR ini memiliki 3 metode, diantaranya adalah :

1. Thermal Recovery

Dilakukan dengan cara memanaskan minyak mentah dalam formasi. Metode ini pertama kali dilakukan di Venezuela pada tahun 1960. Dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi viskositas, menguapkan sebagian minyak sehingga menurunkan rasio mobilitasnya, meningkatkan panas untuk mengurangi tegangan permukaan, dan meningkatkan permeabilitas minyaknya.

2. Gas Miscible

Metode EOR gas miscible ini pertama kali dilakukan di Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an, tepatnya di Texas. Bahkan, hampir setengah proses EOR di Amerika Serikat dilakukan dalam bentuk injeksi gas ini. Gas Injection Enhanced Oil Recovery yang paling populer sendiri adalah menggunakan karbon dioksida EOR(CO2-EOR).

Metode EOR satu ini biasanya digunakan sebagai fase tersier karena proses pemulihannya akan melibatkan injeksi gas alam, nitrogen, atau karbondioksida dalam reservoir. Gas-gas ini dapat mendorong minyak melalui reservoir. Atau bisa juga ikut larut dalam minyak. Jika gas tersebut larut, maka hal ini akan menurunkan viskositas dan meningkatkan aliran dalam minyak tersebut.

3. Chemical Flooding

Metode EOR terakhir adalah chemical flooding yang dilakukan dengan cara membebaskan minyak yang terperangkap dalam reservoir. Menggunakan Long Chained Molecules berupa polimer yang diinjeksi ke dalam reservoir (Injeksi Polimer). Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas surfaktan dan efisiensi waterflooding.

Fungsi Enhanced Oil Recovery

Baca Juga : Jenis-Jenis Percabangan dan Sambungan Pipa Olet Fitting

Fungsi utama dari EOR adalah meningkatkan kapasitas eksplorasi minyak dengan cara mengoptimalisasi minyak-minyak yang sebelumnya tidak dapat diangkat menjadi bisa tersedot dan diproduksi. Pertamina EP bahkan juga merupakan metode EOR ini untuk meningkatkan produksi minyak. Salah satunya adalah menerapkan EOR Injeksi Polimer di Field Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.

EOR ini pada umumnya diterapkan di mature field dengan tujuan untuk mengambil minyak tersisa yang tak dapat diproduksikan. Cara inipun dilakukan dengan memanfaatkan teknologi yang canggih. Kegiatan EOR ini biasanya didasari oleh 2 faktor, yakni faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor eksternal biasanya dipengaruhi oleh hal-hal diluar kondisi reservoir. Contoh faktor eksternal ini adalah kenaikan harga minyak, meningkatnya permintaan bahan bakar fosil, dan sejenisnya. Sementara itu, faktor internal biasanya dipengaruhi karena keadaan reservoir tertentu. Contohnya, reservoir yang masih memungkinkan adanya peningkatan perolehan minyak setelah kondisi primary dan berkaitan dengan kondisi fluida dan batuan dalam reservoir tersebut.

Seperti yang sudah kita semua ketahui, industri minyak di Indonesia sendiri sudah berusia lebih dari 100 tahun. Setiap tahunnya produksi minyak mengalami penurunan. Puncak produksi minyak di Indonesia sendiri ada di tahun 1977 sebanyak 1,68 juta barel per hari dan di tahun 1995 sebanyak 1,62 barel per hari. Sejak saat itu, produksi minyak terus mengalami penurunan.

Bahkan, belum ada lagi penemuan cadangan minyak baru lagi selain di lapangan Banyuurip blok Cepu. Jika diasumsikan tidak ada penemuan cadangan minyak baru lagi, maka cadangan minyak yang di Indonesia berdasarkan R/P tahun 2014 akan habis dalam 12 tahun lagi.

Di Indonesia sendiri, masih ada banyak sekali cekungan hidrokarbon yang belum dieksplorasi. Beberapa di antaranya sendiri sebenarnya sudah dieksplorasi, namun beberapa lainnya belum. Melalui perkembangan teknologi yang semakin canggih, seringkali ladang minyak berstatus unproven dapat mengalami kenaikan peringkat menjadi proven.

Proven resources yang tingkat kesulitan eksplorasinya rendah kini sudah habis tereksplorasi. Sisanya, hanya tinggal Proven Resource yang tingkat kesulitannya tinggi. Karena itulah diperlukan teknologi EOR.

Metode EOR dapat meningkatkan jumlah minyak yang diekstrak sebanyak 30 hingga 60% dan lebih besar dibandingkan dengan fase primary dan secondary recovery.

Enhanced Oil Recovery vs Fracking

Selain metode EOR, ada juga metode eksplorasi fracking. Namun, fracking ini lebih dinilai sebagai kegiatan eksplorasi yang dapat mempengaruhi lingkungan serta meninggalkan dampak yang sangat parah.

Pengeboran minyak atau proses eksploitasi minyak dengan metode fracking ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan ekstraksi SDA dari lapisan bawah tanah. Umumnya dilakukan dengan menyuntikkan beberapa bahan ke bagian bawah tanah yang akan diekstraksi. Melalui cara ini, rekahan dalam batuan bumi akan semakin meningkat dan pelepasan minyak bumi dan gas alam akan dapat dilakukan.

Bahan yang disuntikkan biasanya berupa air bertekanan dengan campuran pasir. Ada juga yang menggunakan berbagai jenis busa/gas. Fracking ini dapat menghancurkan lanskap di beberapa area di planet ini.

Dampak EOR dan Fracking terhadap Lingkungan

Tidak dapat dipungkiri bahwa kedua proses ini memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan sekitarnya. Dampak-dampak tersebut di antaranya:

Enhanced Oil Recovery (EOR) terhadap Lingkungan

Sebagai salah satu metode ekstraksi skala besar, EOR ini juga memiliki bahaya yang cukup besar. EOR memiliki dampak bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Untuk dampak lingkungannya sendiri dapat berupa adanya udara, air buangan, tumpahan bahan kimia atau minyak, kebisingan dari aktivitas konstruksi dan pengeboran. Selain itu, kegiatan ini juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan apabila bahan kimianya mengkontaminasi daerah sekitarnya.

Fracking Terhadap Lingkungan:

Sementara itu, dampak fracking lebih banyak dibandingkan EOR. Oleh karena itu, EOR lebih dipilih daripada fracking. Beberapa dampak dari fracking antara lain:

  • Menimbulkan banyak resiko selama proses pengeborannya. Resiko pengeboran menggunakan metode fracking ini dapat berupa ledakan, kebocoran gas, racun, runtuhnya formasi pipa injeksi, dan sejenisnya. Hal ini tentu saja akan menimbulkan banyak kerusakan bagi lingkungan. Sekaligus dapat membahayakan para pekerjanya.
  • Menimbulkan kontaminasi akuifer. Cadangan air bawah tanah di sekitar lokasi fracking memiliki potensi besar untuk terkontaminasi. Hal ini disebabkan karena cairan beracun dapat terbuang bersama dengan gas yang akan diekstraksi. 1 lubang bor saja membutuhkan sekitar 200.000 m3 air untuk menimbulkan rekahan. 2% dari semua air yang dimasukkan akan tercemar dan beracun. Setiap proses injeksi pun biasanya akan melibatkan 4000 ton bahan kimia. Antara 20-80% bahan kimia yang disuntikkan tersebut biasanya akan kembali lagi ke permukaan.
  • Polusi udara. Metode fracking ini juga dapat menimbulkan polusi udara. Sebagian besar zat adiktif tersebut bersifat volatile yang dapat langsung masuk ke atmosfer. Gas non konvensional yang diekstraksi pun sebagian besarnya juga terdiri atas metana.
  • Menimbulkan gempa di sekitar proses fracking berlanjut. Bahaya gempa ini akan semakin meningkat apabila di sekitar daerah dekat rekahan hidrolik ini merupakan perkotaan, pembangkit listrik tenaga nuklir, pusat penyimpanan bahan bakar, jaringan pipa minyak, dll. Jika berlanjut, hal ini akan menimbulkan bencana lingkungan yang besar.

Melalui pembahasan mengenai enhanced oil recovery (EOR) di atas, kita dapat menyoroti bahwa teknologi ini bukan hanya membuka peluang untuk meningkatkan produksi minyak, tetapi juga menghadirkan dampak yang perlu dipertimbangkan. Tidak dapat dipungkiri bahwa EOR bisa memaksimalkan potensi sumber daya minyak yang tersedia, mendukung ketahanan energi, dan merangsang pertumbuhan ekonomi di sektor minyak dan gas.

Namun, pelaksanaan EOR juga menyisakan dampak negatif yang tidak bisa dikesampingkan, terutama yang timbul di limgkungan alam. Jadi, kesinambungan dan keselarasan dengan nilai-nilai keberlanjutan juga harus menjadi fokus utama dalam menerapkan teknologi ini.

Penulis

Om Vin
Om Vin adalah full-time in-house engineer ACS dengan pengalaman lebih dari 20 tahun di industri pipa fitting dan sangat gemar dengan tantangan.

Share

  • Facebook
  • Tweet
  • Whatsapp
  • LinkedIn

Artikel lainnya

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
22
.
10
.
24

Panduan Memilih Pipa yang Tepat dalam Berbagai Proyek

Dengan berbagai spesifikasi dan jenis pipa yang tersedia di pasaran, memahami karakteristik, material, dan aplikasi masing-masing pipa akan membantu Anda mengambil keputusan yang tepat. 

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
21
.
10
.
24

Valve untuk Industri Pertambangan: Tipe dan Aplikasinya

Berbagai jenis fluida, mulai dari slurry hingga gas, memerlukan valve yang dirancang khusus untuk menangani kondisi ekstrem di sektor pertambangan seperti tekanan tinggi, suhu tinggi, serta sifat abrasif dan korosif dari fluida yang melewatinya.

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
20
.
10
.
24

Valve yang Digunakan dalam Proyek Bawah Laut: Apa yang Harus Diperhatikan?

Valve tidak hanya berfungsi sebagai pengatur aliran fluida, tetapi juga sebagai elemen kunci dalam menjaga integritas dan efisiensi sistem di lingkungan yang ekstrem, seperti aplikasi bawah laut.

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
18
.
10
.
24

Pipe Fitting dan Aplikasinya dalam Sistem Pipa Bawah Laut

Kedalaman laut menuntut penggunaan fitting pipa yang dirancang khusus untuk bertahan dalam jangka panjang, memastikan perpipaan tetap berfungsi dengan aman dan efisien di lingkungan yang sulit diakses dan diperbaiki. Lalu, fitting pipa seperti apa yang dibutuhkan untuk aplikasi di laut dalam?